Miskin harta bukan berarti miskin ilmu. Semua orang berhak mendapatkan ilmu baik itu yang muda, tua, kaya dan miskin. Dengan belajar kita akan mendapatkan ilmu kapanpun dan dimanapun. Banyak orang yang mengira kemiskinan adalah hambatan untuk belajar, khususnya belajar dipendidikan formal. Padahal dengan semangat belajar yang tinggi, berusaha, berdo’a dan positive thinking kita BISA.
Dawn Loggins, seorang petugas kebersihan dan ia bisa kuliah di Harvard, Universitas Top Dunia. Kemiskinan dan ketidakpedulian orang tua sebagai pecandu Narkotika memaksa Loggins untuk bekerja sebagai tukang bersih toilet di SMU nya guna membiayai sekolahnya. Setiap pagi hari di Carolina, Amerika Serikat. Loggins bergegas ke Burns High school, disana ia bersekolah sekaligus bekerja menjadi tukang bersih-bersih. Semangat belajar yang tinggi tidak membuat putus sekolah walau harus bekerja keras sampai lulus dan masuk ke Universitas Harvard.
Semasa kecil, loggins hidup dalam lingkungan tak terkendali, semua serba buruk karena orang tua nya pecandu Narkoba , loggins tinggal dengan neneknya dan sering menggantikan peran orang tua. Beruntung ia dapat menentukan sikap sehingga tidak ikut terpuruk. Ia juga terus bersemangat belajar , da nada guru-guru yang peduli padanya.
Diantaranya Junnie Barret, wali kelasnya. Ia heran sering kali loggins tidak membuat pekerja’an rumah. Dengan polos ia menjelaskan kalau dirumahnya gelap, karena tidak ada listrik. Untuk membeli lilin saja tak ada uang. Loggins juga meminta izin dibolehkan mandi dan mencuci baju di sekolah.
Karena kemiskinan pula, keluarga mereka nomaden alias berpindah-pindah tempat. Akhirnya , loggins kerap berhenti sekolah. Padahal secara akademis , ia siswi yang cerdas. Tatkala di Burns High School, dewan guru mengikutkannya ujian akselerasi, agar ia bisa duduk di kelas sesuai umurnya. Ternyata , berhasil. Demikian terus, lalu gurunya bersemangat mengikutkannya di program pelatihan yang diselenggarakan pemerintah Nort Carolina selama 6 minggu. Beberapa guru menyumbang baju bersih dan semua peralatan yang dibutuhkan.
Putnam dan dewan guru menawarkan loggins tetap bersekolah di Burns High School, dengan syarat jadi petugas kebersihan sekolah, mulai dari pukul 06:00. Terkadang selintas timbul fikiran mengambil jalan mudah yaitu menyerah pada keada’an .” aku bisa sukses bila berpendidikan, “ tegasnya.
Dimanfa’atkan kesempatan emas ini sebaik-baiknya dengan rajin belajar dan bekerja, hingga berhasil lulus dengan indeks prestasi 3,9 dari 4,0. Hadirin memberi standing ovation, pengharga’an atas kerja kerasnya hingga menjadi siswa pertama dan satu-satunya dari sekolah itu yang diterima di Harvard University, perguruan tinggi paling wahid dunia.
“Aku diterimadi 5 Universitas Top Amerika, tapi rasanya gamang bila tidak kuliah di Harvard”. Ujarnya. Suatu pagi dating amplop kecil dengan kop Harvard University disisi atas. Dengan hati-hati dan berdebar , aku buka amplopnya, dan tertulis kalimat-kalimat berikut : “Dawn Loggins, selamat untuk kelulusan anda. Dengan senang hati aku menyampaikan , bahwa komite kami setuju untuk mengakui dan menerima Anda di Harvard University. Dedikasi, daya tahan, dan kesederhana’an Anda membuat Harvard sangat beruntung memiliki Anda di Universitas kami”. Aaron Allen, Kepala Sekolah Burns High School, sempat kepikiran keada’an loggins , lalu mengantarkannya ke Universitas Harvard untuk pendaftaran ulang.
“ Harvard membiayai seluruh kebutuhan Loggins, tapi kami khawatir karena anak ini belum pernah sekalipun keluar dari North Carolina. Setiba di Cambridge , kami yakin, Loggins telah menemukan rumah yang tepat untuknya. Dia pasti akan sukses.” Terangnya, bangga.